Cara Memilih Air Baku untuk Pertanian Hidroponik
Dalam berbudidaya tanaman sistem hidroponik dikenal ada air baku, air menjadi media tanam utama, berikut cara memilih air baku untuk pertanian hidroponik.
Air baku dalam sistem pertanian hidroponik adalah air yang akan digunakan sebagai media tanam, sebelum ditambahkan dengan nutrisi AB-Mix.
Dalam bercocok tanam dengan sistem hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanam, melainkan air menjadi media tanam, oleh karena itu menentukan sumber air menjadi sangat penting.
Ada beberapa parameter yang harus dipenuhi agar tanaman bisa tumbuh dengan optimal.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber air baku untuk bercocok tanam dengan sistem hidroponik:
A. Kandungan Unsur yang Terlarut Dalam Air
Semakin kecil kandungan unsur yang terlarut dalam air baku akan semakin bagus. Sangat disarankan kandungan unsur terlarut dalam air baku sistem hidroponik tidak lebih dari 220 ppm, ada juga yang menyarankan tidak lebih dari 250 ppm.
Mengapa Demikian? Karena dalam bercocok tanam sistem hidroponik akan dilarutkan nutrisi yang dikenal dengan AB-Mix. Nutrisi AB-Mix ini memuat unsur makro dan unsur mikro dengan ukuran yang tepat yang selanjutnya akan diserap oleh akar tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengukur larutan yang ada didalam air baku digunakan alat yang disebut dengan TDS dengan satuan ukuran PPM. Jadi semakin kecil ukuran PPM pada air baku akan semakin baik karena nutrisi AB-Mix akan memerankan fungsinya dalam mensuplay makanan atau nutrisi ke akar dengan porsi yang tepat.
Beberapa jenis air yang bisa digunakan sebagi air baku dalam bercocok tanah secara hidroponik adalah:
1. Air hujan
Air hujan sangat baik sebagai air baku dalam pertanian hidroponik karena bebas mineral dan belum ada zat lain yang terlarut didalamnya. Bebarapa kali pengetesan dengan alat TDS, air hujan menunjukkan pada angka sekitar 11 PPM, artinya air hujan mendekati pada air murni.
2. Air AC.
Alat pendingan udara atau Air Conditioner (AC) selalu ada saluran buangan air. Sebagian masyarakat membuang begitu saja air ini, namun ada sebagian yang menampungnya untuk berbagai keperluan. Padahal air buangan pada AC tergolong air mendekati kemurnian. Oleh karena itu air AC sangat baik digunakan untuk media tanam dalam sistem pertanian hidroponik. Dalam berbagai pengetesan dengan alat ukur TDS, air AC menunjukkan pada angka sekitar 13 PPM.
3. Air Mineral.
Di beberapa wilayah yang sangat kurang air, air mineral dijadikan sebagai media tanam dalam bercocok tanam sistem hidroponik. Air mineral biasanya berasal dari air sumber pegunungan, namun sebelum dilakukan pengemasan untuk selanjutnya dijual kepada masyarakat sebagai air minum, air pegunungan ini masih melalui beberapa proses sterilisasi dan mungkin penambahan unsur-unsur agar baik untuk kesehatan tubuh manusia yang meminumnya. Pada beberapa kali pengecekan dengan alat TDS, air mineral memiliki kandungan zat terlarut berkisar antara 150 - 170 PPM.
4. Air dari Perusahaan Air Minum
Masyarakat perkotaan banyak tergantung dengan keberadaan air dari Perusahaan Air Minum. Selain untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, mencuci, dan mandi, terkadang air ini juga digunakan untuk keperluan berkebun salah satunya untuk bercocok tanam secara hidroponik. Bagi yang sudah menggunakan air dari perusahaan air minum sebagai media tanam hidroponik, sebaiknya air tidak langsung digunakan untuk media tanam hidroponik. Air perlu diendapkan terlebih dahulu sekitar satu malam agar unsur klorin yang terkandung didalamnya mengendap terlebih dahulu. Unsur inilah yang memicu ketika air dari perusahaan air minum dilakukan pengecekan dengan alat TDS menjadi tinggi yaitu berkisar dari 225 - 270 PPM.
5. Air Sumur
Air sumur sangat bervasiasi tergantung dari daerahnya, ketinggian apalagi yang berdekatan dengan laut. Alangkah baiknya dilakukan pengecekan terlebih dahulu agar tahu persis kandungan mineral yang ada didalamnya. Air sumur rata-rata jika diukur dengan alat TDS diatas 100 PPM
6. Air Sungai
Sama halnya dengan air sumur, air sungai akan sangat bervariasi jika dideteksi dengan alat ukur TDS, perlu diperhatikan kejernihan air tidak melambangkan kemurnian air. Jika menggunakan air sungai sebagai media tanam dalam berbudidaya dengan sistem hidroponik, sangat disarankan untuk dilakukan pengecekat secara detail kandungan mineral yang ada didalamnya.
B. Keasaman Air (pH)
Tidak hanya kandungan zat terlarut dalam air baku yang menjadi pertimbangan dalam menentukan sumber air, nilai keasaman air juga sangat penting sebagai parameter yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada metode budidaya hidroponik. Akar tanaman akan bisa maksimal menyerap nutrisi pada kondisi pH air antara 5,5 sampai 6,5. Mengkondisikan keasaman air baku pada pH tersebut akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan tanaman hidroponik.
Jadi sebelum menentukan jenis air yang akan digunakan sebagai media tanam dalam pertanian hidroponik, sebaiknya dilakukan pengecekan secara detail hal-hal diatas agar dapat menghasilkan tanaman yang masksimal dan berkualitas. Slamet Riyanto'